Breaking News

Tuesday, September 12, 2017

Ibrahim dan Ismail dalam Konteks Kekinian


Perayaan Idul Adha 10 Dzulhijjah 1438 Hijriah atau bertepatan pada 1 September 2017, seperti yang sudah-sudah, mengingatkan kembali keteladanan Nabi Ibrahim AS dan anaknya, Nabi Ismail AS, dalam menjalankan perintah Allah SWT.

Keluarga Ibrahim bersama Siti Hajar dan Ismail, menjadi rujukan pula bagi setiap umat Muslim dalam ritual menjalankan ibadah haji. DetikCOM

Namun dalam konteks kekinian kisah nabi itu memiliki magnitude yang khas, tidak sekadar keteguhan yang ditunjukkan Ibrahim atas perintah Allah meskipun harus menyembelih Ismail, anak kandungnya dari istrinya, Siti Hajar, atau kepatuhan dan kesabaran Ismail.

Ibrahim telah menunjukkan bahwa cintanya kepada Allah melebihi dari apapun yang dimilikinya selama masa hidupnya serta selalu bersyukur kepada Sang Khalik, begitu pula Ismail selalu patuh dan berbakti kepada orangtuanya serta sabar menghadapi berbagai ujian.

Atas ketakwaannya itu, dalam berbagai ayat suci Al Quran, Allah menyebut Ibrahim dengan berbagai keistimewaan seperti sebagai khalil (kesayangan), imam, ummah, hanif, qanit lillahi azza wa jalla, kepadanya bersumber nasab para nabi dan beriman kepadanya para penganut syariah.

Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Faturrahman Kamal saat menjadi khatib Shalat Idul Adha di Alun-alun Utara, Yogyakarta, Jumat, misalnya, menegaskan bahwa momentum Idul Adha menjadi kesempatan masyarakat meneladani sifat dan karakter Nabi Ibrahim.

Nabi Ibrahim diberikan predikat oleh Allah SWT sebagai ummah. Secara sederhana predikat atau keistimewaan itu dapat dimaknai sebagai sosok pemimpin ideal yang mencerahkan dan teladan manusia secara universal serta dapat mewujudkan ketentraman dan kemakmuran. Ibrahim memiliki karakter utama yang perlu diteladani masyarakat Indonesia saat ini yakni karakter pandai bersyukur.

Rasa syukur tidak hanya berdimensi teologis-transenden namun juga diaktualisasikan dalam kehidupan manusia secara nyata dengan menebar kebaikan kepada siapapun tanpa memandang kelompok, suku, ras, bahkan agama sekalipun.

Rasa syukur juga dapat diwujudkan dengan menghindari sifat dan sikap koruptif yang hanya mementingkan kelompoknya serta menjauhi berbagai hal yang dapat memicu permusuhan sesama.

Bangsa Indonesia sesungguhnya memiliki nilai-nilai keutamaan untuk menjadi unggul dan berperadaban tinggi. Di antara nilai-nilai itu adalah tahan menderita, daya juang, mengutamakan harmoni, dan gotong royong. DetikCOM

Manusia yang paling tinggi derajatnya adalah manusia yang paling bertaqwa dan sebaik-baiknya manusia adalah yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain.

Islam tak mengenal perbedaan warna kulit, suku, bangsa, kedudukan dan jabatan manusia.

Baca Juga : ASLIKARTU. AGEN POKER DAN BANDAR SAKONG TERPERCAYA UNTUK ANDA

No comments:

Post a Comment

Adbox